Minggu, 13 April 2014

Perencanaan Survey dan Metode Pengumpulan Data di Lapangan

1 . Menentukan Luas Daerah Survey 
 Luasan di daerah survey di sesuaikan dengan target yang di inginkan. bila target anomali berukuran lokal (kecil) maka area survey cukup kecil saja, tetapi apabila daerah target anomali skala regional maka target anomali harus berukuran besar karena ini berpengaruh kepada hasil yang ingin kita dapatkan. untuk area luasan daerah yang cukupannya bersifat lokal maka di perkirakan luasannya berkisar antara 5 x 5 km2 dengan spasi cukup rapat (sekitar 200 meter). Apabila target merupakan struktur geologi yang cukup besar , maka daerah luasan survey perlu di perluas lagi menjadi 10 x 10 km2 atau 20 x 20 km2  atau bahkan bisa mencapai lebih luas lagi dari yang di perkirakan (misal). Kemudian untuk menentukan luas area untuk survey alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui lokasi tersebut baik itu dari peta geologi atau peta lain sebagai acuan kita atau Google Earth.

2. Peralatan yang dipergunakan
 Peralatan yang pergunakan tergantung dengan logistik dan budget maksudnya adalah semakin modern alat Gravity meter yang digunakan maka semakin mahal pula badget dari konsumen atau perusahaan yang ingin melakukan akuisisi. Sebab ya sesuai dengan hukum Newton III (Aksi-Reaksi) hehehehehehehheee...
Ada aksi ada reaksi...... kalo kita ingin datanya bagus ya mau ngak mau ya harus keluarin modal gede hehehehehee.....
Nah kita misalkan aja ya, kita punya peralatan gravity meter model La Coste & Romberg G-1118 MVR Feedback System yang memiliki ketelitian 0.005 mgal. Kemudian peralatan pendukung lainnya seperti : GPS (Global Positioning System), Jam tangan, Kompas, Payung (untuk melindungi diri dari panas dan untuk melindungi peralatan) dan Handy Talky.

3. Penentuan Lokasi Pengukuran
 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran adalah peta topografi dan peta geologi, Untuk keperluan orientasi medan digunakan peta topografi skala kecil saja. Kemudian tentukan lintasan yang ingin kita akuisisi seperti base station (alangkah lebih baiknya base station di usahakan tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat  dari lokasi pengukuran  sehingga data yang di dapat lebih efektif dan akurat dan tepat sasaran.Penganmbilan data di base station dan di tiap-tiap titik pengukuran medan gravitasi dilakukan secara bersama-sama. Beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menentukan titik pengukuran adalah :
a.       Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenali
b.      Letak pengukuran memang sudah di rancang sedemikian rupa di dalam peta topografi atau geologi wilayah survey agar mudah diketahui
c.       Lokasi pengukuran bebas dari aktivitas kendaraan bermotor, mesin dan lain-lain (noise)
d.      Gunakan GPS untuk tracking  mengetahui titik lokasi lokasi pengukuran. Pada umumnya lokasi titik pengukuran harus terbuka dan hindari penghalang agar sinyal GPS tidak terpantul (multipath) kira-kira 100 atau 140.
e.       Menentukan lokasi titik ikat (base station)
            Besarnya harga medan gravitasy pada suatu base statiun (titik ikat) pengukuran adalah
                                            gbs = gref + (grelbs + grelref)
dimana :  gbs    = harga medan gravitasi Base Station (titik ikat)
              gref   = harga medan gravitasi di titik referensi
             grelbs  = harga pembacaan gravitasi di titik ikat
             grelref  =  harga pembacaan gravitasi di titik refensi 

4. Format Data Lapangan
          Data yang di peroleh dari lapangan lebih baik dicatat dalam buku tulis (buku lapangan) dan tidak dalam lembar kertas yang mudah hilang. Format data sesuai dengan data yang diamati yaitu membuat semua data yang perlu dicatat. Antara lain seperti :  
  • Hari dan tanggal pengamatan, cuaca, dan lain-lain. 
  • Nama stasiun (titik amat), misalkan L01-1, dimana L menyatakan lintasan, 01 adalah no lintasan dan 1 adalah nomor titik yang di amat.
  • Pembacaan skala gravitymeter.
  •  Pembacaan feedback.
  • Tinggi alat ukur terhadap titik amat. 
  • Besar pasang surut teoritis (berupa tabel yang telah di persiapkan terlebih dahulu).
  • Data lainnya seperti berupa keterangan saat pengamatan atau dapat diisi dengan pengukuran GPS pada titik tersebut.
5. Pengolahan Data (Processing)
Processing data dilakukan ketika telah mengakuisisi data di lapangan, pengolahan data gravitasi secara garis besar di bagi menjadi 4 bagian, yaitu sebagai berikut :
1.   Pengolahan data awal, yaitu pengolahan dari data mentah lapangan sampai dengan mendapatkan  harga medan gravitasi mutlak dari titik amat. Nilai medan gravitasi mutlak ini sering juga disebut    dengan g observasi (gobs).
2.   Pengolahan data kedua, yaitu melakukan reduksi data sampai dengan mendapatkan Anomali  Bouguer lengkap (dalam beberapa kasus cukup samapai pada Anomali Bouguer sederhana).
3.     Proyeksi kebidang datar dan pemisahan efek lokal – regional 
4.     Interpretasi baik secara manual maupun dengan pemodelan




Gambar 5. Diagram alir pengolahan data
catatan :
  • Untuk pengolahan awal dapat dilakukan dengan memanfaatkan program excel atau program lainnya untuk keperluan pengolahan data tersebut.
  • Untuk pengolahan data awal dapat dengan menggunakan program 1180_30.for atau 1118_10.for (bergantung pada penggunaan feedback). Untuk dapat menggunakan program tersebut, tiap titik amat 3 kali dan nilai medan gravitasi mutlak di titik ikat (base station) sudah di ketahui nilainya.

 6.. Interpretas
 Interpretasi merupakan hasil akhir (Output) yang didapat setelah selesai dilakukan  pengukuran data di lapangan (Akuisisi data) dan prosesing (Processing) ada 2 yang dapat di lakukan interpretasi Kualitatif dan Kuantitatif. Kualitatif berbicara tentang kondisi keadaan dan hasil yang di dapat apakah data yang didapat bagus atau tidak dan menentukan daerah mana yang berpotensi terdapat anomali yang di inginkan di wilayah survey tersebut. interpretasi kualitatif dapat di olah memakai Surfer output yang di hasilkan berupa peta kontur beserta nilai perubahan percepatan gravitasinya, sedangkan untuk kuantitatif dapat di olah menggunakan Graf2divn kuantitatif berbicara tentang hitung-hitungan (hhehehe definisi mudahnya) ini lebih rumit dibandingankan dengan kualitatif karena interpretasi ini sebelumnya di olah data yang didapat di lapangan dan memakai banyak koreksi (hehehehehe).
1. Interpretasi Kualitatif
 Interpretasi kualitatif dilakukan dengan mengamati data gayaberat berupa anomali Bouguer. Anomali tersebut akan memberikan hasil secara global yang masih mempunyai anomali regional dan residual. Hasil interpretasi dapat menafsirkan pengaruh anomali terhadap bentuk benda, tetapi tidak sampai memperoleh besaran matematisnya. Misal pada peta kontur anomali Bouguer diperoleh bentuk kontur tertutup maka dapat ditafsirkan sebagai struktur batuan berupa lipatan (sinklin atau antiklin). Dengan interpretasi ini dapat dilihat arah penyebaran anomali atau nilai anomali yang dihasilkan.        
2. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk memahami lebih dalam hasil interpretasi kualitatif dengan membuat penampang gayaberat pada peta kontur anomali. Teknik interpretasi kuantitatif mengasumsikan distribusi rapat massa dan menghitung efek gayaberat kemudian membandingkan dengan gayaberat yang diamati. Interpretasi kuantitatif pada penelitian ini adalah analisis model bawah permukaan dari suatu penampang anomali Bouguer dengan menggunakan metoda poligon yang diciptakan oleh Talwani. Metode Tilawani adalah metode menggunakan n-sisi poligon untuk pendekatan gambaran vertikal dari suatu benda dalam dua dimensi yang kemudian dihitung efek gravitasi yang ditimbulkan oleh benda tersebut (Talwani et al., 1959).

oke teman-teman sahabat blogger semua cukup sekian dahulu cerita-cerita kita hari ini semoga bermanfaat dan jangan lupa selalu belajar dan terus berusaha menjadi yang terbaik, untuk menambah ilmu baca juga buku-buku yang mengenai topik kita pada blog ini kemudian tetap semangat hehehehehehe...

SALAM GEOPHYSIC............................



Referensi :

Kirbani, SB, 2004 Teori dan Aplikasi Metode Gravitasi halaman 20-21 didalam buku EXSPAN. Workshop Geofisika 2004 Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. MIPA UGM yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar