Minggu, 02 Juli 2017

Pengindera Jauh (Remote Sensing) Mampu Mendeteksi Aktivitas Perilaku Gunungapi

Indonesia merupakan jajaran memiliki gunungapi teraktif dan terbanyak di dunia sehingga di sebut gugusan cincin api “Ring of Fire” nah jadi kebayangkan jika gunungapi meledak (explosive) meyemburkan magmanya (magma tidak sama dengan lava ya bro, apa lagi larva :D).

Saat ini orang yang berkecimpung di dunia pergunungapian atau bahasa keren nya volcanologist dari Institut des Sciences de la Terre (ISTerre) Prancis telah mampu memprediksi aktivitas gunungapi menggunakan penginderaan jarak jauh (remote sensing) yang di kombinasi dengan metode perhitungan matematika untuk memahami secara baik bagaimana aktivitas gunungapi tersebut. Ini menunjukan bahwa dunia saintis terus berkembang dan berinovasi dalam bidang keilmu-pengetahuan.

Perubahan magma seperti aliran magma di bawah permukaan bumi maupun di atas tanah mengalami pelenturan dan getaran sehingga teknologi GPS modern dan satelit dapat mendeteksi atau pelacakan (tracking) jika terjadi pergerakan. Para geosaintis mulai menguraikan secara umum apa yang terjadi di bawah tanah (aktivitas vulakanik) sebagaimana apa yang terjadi juga di masa yang akan datang.

Pimpinan studi dan penelitian Institut des Sciences de la Terre (ISTerre) di Prancis, Mary Grace Bato menjelaskan bahwa “pertama kali kami dapat mengembangkan sebuah strategi menggunakan penggabungan data dan berhasil digunakan untuk pemantauan perubahan tekanan magma didalam sebuah gunungapi kombinasi ini menggunakan data deformasi pergerakan tanah yang di ukur oleh Global Navigation Satellite System atau di kenal dengan GPS dan data dari radar satelit”.

sumber: Predicting-eruptions-using-satellites-GeologyPage-439x420.jpg

Didalam penelitian ini Bato dan rekan-rekan mampu membuktikan dengan percobaan simulasi satu model gunungapi dimana mengalami erupsi atau “explosive” keduanya terangkat akibat tekanan magma. Melalui pengamatan simulasi Bato mampu memprediksi tekanan yang muncul dengan teori bahwa erupsi magma mendorong sebagaimana magma terbentuk dan laju alirnya dalam reservoir yang berada didalam bumi. Akan tetapi dalam penelitian ini memiliki keterbatasan dalam menentukan jenis reservoir dimana reservoir ini memiliki kedalaman bermil-mil sehingga susah untuk mempelajari dengan metode existing.

Sehingga dalam hal ini para Geosaintis masih memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam pemodelan sebelum mereka digunakan ke situasi yang sebenarnya, akan tetapi pihak penelitian Institut des Sciences de la Terre (ISTerre) di Prancis siap melakukan percobaan di Islandia dan gunungapi Okmok di Alaska. Mereka yakin bahwa strategi ini merupakan langkah awal untuk langkah kedepannya dalam memprediksi perilaku gunungapi “Kita melihat kedepan dimana dalam keseharian atau tiap jam pengamatan gunungapi menjadi mudah seperti orang lain dalam memprediksi cuaca” ujar Bato.


Diskusi:

GPS yang dimaksud adalah GPS geodetik dimana GPS ini mampu mendeteksi pergerakan lempeng atau deformasi bumi dengan akurat sehingga data yang di dapat akurat kemungkinan kecil eror kecuali ada faktor manusia, alat dan alam. Bukan pakek GPS handle ya bro. Nah bagaimana dengan orang-orang yang selalu memantau gunungapi dari kejauhan seperti pengamatan  menggunakan seismogram untuk mengetahui seberapa banyak tremor atau gempa vulkanik apakah peran mereka akan terpinggirkan akibat adanya metode baru ? tentu saja tidak, kita tahu bersama bahwa penginderaan jauh memiliki kekurangan dan kelebihan (untuk lebih lanjutnya admin akan membahas). Jadi ini pengamatan ini sebagai data pendukung dalam perhitungan untuk mengkonfimasi status gunungapi apakah aman, siaga, atau waspada. 

Untuk diskusi lebih lanjut silahkan tinggalkan komen teman-teman di kolom komentar.

Buat para pembaca atau blogger kenapa admin kasih judul “Prediksi” alasan nya adalah sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar, selebihnya itu urusan Tuhan. Terkadang kita dengan percaya diri nya mengjudge sesuatu mendahului kehendakNya seolah-olah kita memiliki kemampuan yang mumpuni. Meskipun kita memiliki ilmu pengetahuan, itu hanya sebagian kecil selebihnya manusia adalah mahluk yang lemah. Sebagus apapun perhitungan pasti ada faktor “X” yang mungkin luput dari perhitungan. Jadi sebagai seorang saintis dan berilmu ada kala nya kita harus belajar seperti padi.

SALAM DARI BARAT INDONESIA     

Referensi artikel dari fanpage www.geologipage.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar